Posted by : trihandoyo Rabu, 30 Januari 2013



LAPORAN PRAKTIKUM
STANDARISASI IODOMETRI


Disusun oleh : 


OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO



SEMESTER 1 REGULER B
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2012 / 2013


STANDARISASI IODOMETRI
I.       Tujuan                    : Membakukan prinsip Iodometri
                                 Membakukan Na2S2O3
II.      Prinsip                    : Penetapan secara kuantitatif zat-zat yang dapat tereduksi berdasarkan pada reaksi redoks.
III.  Reaksi                    :  Oksidator  +  I2   2I
                                              Na2S2O3 +  I2 → NaI + Na2S4O6
IV.    Alat dan Bahan     :
o  Alat

·      Buret
·      Beaker Glass
·      Gelas Ukur
·      Pipet Volume
·         Filler
·         Statif
·         Erlenmeyer tutup asah
·         Corong



o  Bahan

·      Na2S2O3
·      K2Cr2O7 0,1 N
·      HCl 6 N
·      KI 20 %
·      Indikator amilum 1 %
·      Aquades


V.      Cara Kerja              :   










Na2S2O3
 






-K2Cr2O7  10,0 ml; 0,1 N
-HCl 6 N
- KI 20 %
 



 










1. Memipet K2Cr2O7 0,1 N sebanyak 10,0 ml, kemudian masukan secara kuantitatif ke dalam labu erlenmeyer 250ml.
2. Menambahkan  HCl 6 N sebanyak 5 ml dan KI 20 % sebanyak 5 ml secara kualitatif dengan menggunakan gelas ukur, kemudian homogenkan dengan K2Cr2O7 dalam erlenmeyer.
3. Kemudian melakukan titrasi cepat-cepat dengan larutan Na2S2O3 sampai kuning jerami.
4.  Menambahkan amilum 1 % sebanyak 1-2 ml, dan titrasi di lanjutkan lagi sampai terjadi perubahan dari biru ke hijau muda.
5. Menghitung normalitas Na2S2O3 yang telah di bakukan.

VI.   Data Lab.                :

Kelompok
ml Na2S2O3
N Na2S2O3
1
12,7ml
0,0787N
2
12,8ml
0,0781N
3
 13,0ml
0,07N
4
12,9ml
0,08N
5
12,9ml
0,08N
6
12,5ml
0,08N
7
12,8ml
0,07N
8
12,8ml
0,0781N

VII.Perhitungan            :  Rumus yang digunakan 
V Na2S­2O3 x N Na2S­2O3 =  V K2Cr2O7 x N K2Cr2O7
 V Na2S­2O3 x N Na2S­2O3 = V K2Cr2O7 x N K2Cr2O7
12,9 x  N Na2S­2O3 = 10,0 x 0,1
N Na2S­2O3 = 10,0 x 0,1
                         12,9
N Na2S­2O3 =  0,08 N

VIII.Pembahasan           :
     Percobaan ini menggunakan metode titrasi iodometri yaitu titrasi tidak  langsung  dimana mula-mula iodium direaksikan dengan iodida berlebih, kemudian iodium yang terjadi dititrasi dengan natrium thiosulfat.  Larutan baku yang digunakan untuk standarisasi thiosulfat sendiri adalah K2Cr2O7.
      Natrium tiosulfat dapat dengan mudah diperoleh dalam keadaan kemurnian yang  tinggi, namun selalu ada saja sedikit ketidakpastian dari kandungan air yang tepat, karena sifat flouresen atau melapuk-lekang dari garam itu dan karena alasan-alasan  lainnya.  Karena itu, zat ini tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai larutan baku standar primer.  Natrium tiosulfat merupakan suatu zat pereduksi, dengan persamaan reaksi sebagai berikut  :
            2S2O32- S4O62- +   2e-
            Pembakuan larutan natrium tiosulfat dapat dapat dilakukan dengan menggunakan kalium iodat, kalium kromat, tembaga  dan iod sebagai larutan standar primer, atau dengan kalium permanganat atau serium (IV) sulfat sebagai larutan standar sekundernya.  Namun pada percobaan ini senyawa yang digunakan dalam proses pembakuan natrium tiosulfat adalah kalium dikromat.
            Larutan  thiosulfat sebelum digunakan sebagai larutan standar dalam proses iodometri ini harus distandarkan terlebih dahulu  oleh kalium dikromat yang merupakan standar primer.  Larutan kalium dikromat ini ditambahkan dengan asam klorida pekat dan ditambahkan dengan kalium iodida, larutan berubah menjadi coklat kehitaman.  Fungsi penambahan asam klorida pekat dalam larutan tersebut adalah memberikan suasana asam, sebab larutan yang terdiri dari kalium dikromat dan kalium iodida berada dalam kondisi netral atau memiliki keasaman rendah. 
            Indikator yang digunakan dalam proses standarisasi ini adalah indikator amilum 1%.  Penambahan amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan  sifat I2 yang mudah menuap. Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahannya sangat jelas.  Penggunaan indikator ini untuk memperjelas perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi.  Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan.  Kompleks iodium-amilum memiliki kelarutan yang kecil dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada titik akhir titrasi.  Jika larutan iodium dalam KI pada suasana netral dititrasi dengan natrium thiosulfat, maka :
I3- +   2S2O32- 3I- +   S4O62-
S2O32- +   I3- S2O3I- +   2I-
2S2O3I- +  I- S4O62- +  I3-
S2O3I- +  S2O32- S4O62- +  I-
Pada titrasi iodometri,  titrasi harus benar-benar tertutup dan perlu diperhatikan perlakuan terhadap larutan pentiter maupun zat yang di titer.
.      IX.  Kesimpulan             :
            Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin.
            Normalitas dari Na2S2O3 yang didapat dari percobaan di atas adalah 0,08 N.

Semarang, 28 November 2012
     Dosen Pengampu                                                                  Praktikan



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

Followers

- Copyright © 2013 MEDICAL LABRORATORY -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -