Posted by : trihandoyo
Selasa, 16 April 2013
“ CERMIN”
Alam menuntun
manusia berjalan di tempat semestinya, sesuai dengan kaidah hukum alam dan
hukum kausalitas yang sudah dimengerti sejak lama. Dalam kehidupan manusia
sehari-hari terdapat campur tangan dalam setip langkah baik berupa nafsu dari
segi agama ataupun tren da gaya hidup dari segi budaya . ada pula trendsetter
yang harus dibayar mahal karena banyak uang atau dengan memaksakan diri
membayar dengan cara korupsi.
Cermin
kepribadian tersoroti dari tiga tokoh di bawah ini dapat dijadikan contoh
diantaranya seperti Anas sekarang telah disoraki sebagai penjahat dan selalu
menjadi kejaran wartawan untuk dijadikan sumber berita mahal, terkadang juga
terselip kepentingan politik. Kini ia berada dalam pusaran kaidah hukum alam
bahwa manusia menyukai sensasi, termasuk mengeksploitasi kisah orang yang
dirundung musibah. Banyak yang menebak ada cerita panjang dan hendak diurai
orang yang mempunyai sejuta kepentingan.
Serta Andi
Mallarangeng yang sekarang sudah tergeletak tak berdaya dan nasibnya seakan tinggal
menunggu waktu. Dan ia tak bisa mencari kesenangannya diluar sana. Seakan orang
disekitarnya menjelma menjadi monster yang ingin mengupas tuntas persoalan
pribadinya.Memberikan Anas dan Andi ruang publik yang sewajarnya karena mereka
adalah anak manusia seperti yang lain yang berhak menikmati anugerah Tuhan.
Sekarang cerita
mengenai Jokowi yang telah mengubah cara
pandang orang terhadap pemimpin publik. Tentu bukan karena nilai-nilai partai
politik yang menjadikan Jokowi seperti robinhood yang kesana kemari untuk
melindungi mereka yang lemah. Masuk gorong-gorong seakan tidak percaya dengan
laporan yang di ajukan oleh bawahannya, sehingga ia mencari data yang riil.
Semua panorama
ini menjadikan cermin dalam hidup ini. Relevan atau tidak tergantung orangnya
masing-masing. Cerita Anas dan Andi adalah cermin supaya dalam hidup ini kita
tidak suka berpesta di atas penderitaan orang sekaligus cermin agar kita
berhati-hati. Cerita Jokowi juga menjadi cermin pemimpin bersahaja dicintai
rakyat. Jika orang sudah disorongkan cermin begitu lebar dan terang benderang
malah menghindar, tunggu seratus tahun lagi untuk menjadikan bangsa ini lebih
beradab dan bermartabat.
(
Sumber: Cermin oleh Abdul Djamil dalam
Rubrik Gayeng Semarang ,Harian Suara Merdeka hari minggu 3 Maret 2013 )
KOMENTAR
:
Gayeng
semarang ini bagus sesuai dengan realita yang ada sekarang dan dapat menjadi
cermin untuk orang-orang supaya lebih berintrospeksi dan menghargai privasi
orang lain. Cerita seperti ini harus lebih ditingkatkan lagi supaya bangsa
indonesia lebih maju dalam segala bidang. Dan orang yang disorot lebih banyak.